Wednesday, 26 February 2014
Laporan Jaga 2014-2002
Solo, 22 Februari 2014
Saya sebenarnya masih sangat marah dan tidak terima tidur saya yang baru sekitar 15 menit terbangun karena ada perawat marah-marah lewat telepon. Saya dimarahi karena dianggap tidak mau mengerjakan konsulan operasi pasien paviliun. Tapi memang bukan hak residen untuk menjawab konsulan paviliun, kecuali atas intruksi konsulen sebelumnya. Jadi, alurnya adalah dari pihak yang mengkonsulkan menelepon terlebih dahulu staf konsulen yang bersangkutan. Kalau residen diminta untuk memeriksa kemudian menjawab, itu baru kami lakukan. Tetapi belum apa-apa kami dimarah-marahi. Sebenernya pasti mereka malas untuk menelepon staf saja, begitu pikir saya waktu itu. Sehingga kami yang dijadikan sasaran kekesalan mereka. Yang saya tidak habis pikir adalah, mengapa saya ditelepon bukan untuk dikonfirmasi alur yang benar, tetapi mengapa langsung marah-marah. Ah sudahlah, syukur Alhamdulillah, saya waktu itu tidak terpancing menjawab dengan marah juga. Bukan saya banget kayanya. Apa mungkin karena saya sedang ngantuk-ngantuknya.
Saya sempat konfirmasi ke residen bedah, bukan yang bersangkutan sebenarnya, tetapi yang saya kenal cukup baik. Dia akan menyampaikan ke yang bersangkutan, tapi tetap membela diri karena stressor dari seniornya. Saya agak gak trima sebenarnya, apa posisi kami tidak sama? Bagaimana kalo konsulen saya tidak berkenan kalau kami mengerjakan pasien beliau tanpa instruksi dari beliau, apa itu namanya tidak melangkahi? Kami juga residen.
Dan yang membuat saya tidak habis pikir lagi, pasien dikonsulkan dengan diagnosis yang seharusnya tidak dikonsulkan cito. Close fracture itu setau saya elektif. Jadi saya dibangunkan dari tidur yang baru 15 menit dalam 24 jam terbangun untuk dimarah-marahi karena hal yang sifatnya bukan cito. Oh nooo, dimana etika? Dimana? Kami juga manusia biasa.
Monday, 13 February 2012
Tanggung Jawab Sosial
Dengan maraknya jejaring sosial yg ada saat ini, semua orang menjadi lebih bebas berekspresi. Kadang-kadang saya merasa agak kebablasan. Mungkin memang itu spontan. Tetapi sebagai orang yang membaca, orang lain, dalam hal ini saya mungkin lebih bisa menilai kepatutannya untuk ditulis di forum terbuka yang bisa dibaca banyak orang. Tidak jarang saya membaca tulisan yang sifatnya agak tidak patut dibaca orang lain, karena isinya curhat tentang suami yg sepertinya lebih bagus kalo disampaikan langsung pada orang yang bersangkutan ketimbang dibaca orang banyak. Malu kan urusan rumah tangga jadi ketauan orang banyak. Atau mungkin kritik atau masukan ke orang tertentu, kadang malah tidak disampaikan secara langsung, tetapi malah ditulis lewat jejaring sosial yang notabene tidak tersampaikan ke orang yang bersangkutan. Ataupun kalau tersampaikan melalui orang lain, malah bisa terjadi kesalahpahaman satu sama lain. Contoh lain lagi, aib suami, saya ingat suatu saat saya pernah membaca status seorang teman yang tidak bisa tidur karena suami mendengkur. Bukan sesuatu yang besar. Tetapi aib suami kan harusnya kita tutupi. Ada lagi yang komentar atau statusnya agak rusuh (mesum) kalo orang jawa bilang. Walaupun hanya bermaksud untuk guyonan, tetapi saya yang membaca jadi merasa agak jijik dg orang yg menulis. Kadang sebenarnya hanya tersirat saja, tetapi tulisan itu menimbulkan penafsiran ke arah yang rusuh juga. Menurut saya, sama saja. Sempat terpikir jangan2 orang itu pernah berpikiran kotor ttg diri saya. Nauzubillah. Pernahkah terpikir bahwa apa yg mereka tulis itu nantinya mungkin terbaca oleh anak2 kita, apalagi jika yg menulis statusnya akan atau sudah punya anak.. Ayolah beri contoh yang baik untuk anak2 kita. Berkata dan bersikaplah yang santun. Kita bertanggung jawab terhadap apa yang kita tulis dan kita lakukan. Saya juga bukan orang yang sempurna, hanya saja sebagai manusia kita berkewajiban untuk saling mengingatkan satu sama lain.
Tuesday, 20 December 2011
Selamat Hari Ibu
Opick
Satu Rindu ( Feat Amanda )
Hujan teringatkan aku
Tentang satu rindu
Dimasa yang lalu
Saat mimpi masih indah bersamamu
Terbayang satu wajah
Penuh cinta penuh kasih
Terbayang satu wajah
Penuh dengan kehangatan
Kau ibu Oh ibu
Alloh izinkanlah aku
Bahagiakan dia
Meski dia telah jauh
Biarkanlah aku
Berarti untuk dirinya
oh ibu oh ibu kau ibu
Terbayang satu wajah
Penuh cinta penuh kasih
Terbayang satu wajah
Penuh dengan kehangatan
Kau ibu
Terbayang satu wajah
Penuh cinta penuh kasih
Terbayang satu wajah
Penuh dengan kehangatan
Kau ibu oh ibu kau ibu
oh ibu oh ibu
Hujan teringatkan aku
Tentang satu rindu
Dimasa yang lalu
Saat mimpi masih indah bersamamu
Kau ibu kau ibu kau ibu
Lagu itu terdengar begitu mengharukan. Saat mendengarkan lagu itu, rasanya mata ini menjadi basah. Saat membicarakan ibu kita, terbayang sesosok wanita yang begitu hebat. Rasanya tidak satupun anak yang menyangkal bahwa ibu masing-masing begitu hebat. Bagaimana tidak, ibu saya misalnya. Beliau yang mengandung dan kemudian melahirkan kami bertujuh. Kemudian merawat kami bertujuh sampai dewasa. Bahkan setelah kami punya anak pun masih membantu kami merawat cucu.
Saya yang baru hamil dan melahirkan satu kali saja sudah merasa begitu kepayahan dan kesakitan. Menjaga seorang anak juga ternyata bukan pekerjaan yang tidak melelahkan walaupun sebenarnya begitu menyenangkan.
Sungguh pantas sekali kalau Allah SWT menaikkan derajatnya.
Ibu saya yang ibu rumah tangga selalu membuat saya takjub karena kalau melihatnya seperti tidak kenal lelah. Tiap saya bangun subuh, saya sudah mendengar suara kompor dihidupkan. Semoga Allah SWT selalu memberinya kesehatan.
Satu Rindu ( Feat Amanda )
Hujan teringatkan aku
Tentang satu rindu
Dimasa yang lalu
Saat mimpi masih indah bersamamu
Terbayang satu wajah
Penuh cinta penuh kasih
Terbayang satu wajah
Penuh dengan kehangatan
Kau ibu Oh ibu
Alloh izinkanlah aku
Bahagiakan dia
Meski dia telah jauh
Biarkanlah aku
Berarti untuk dirinya
oh ibu oh ibu kau ibu
Terbayang satu wajah
Penuh cinta penuh kasih
Terbayang satu wajah
Penuh dengan kehangatan
Kau ibu
Terbayang satu wajah
Penuh cinta penuh kasih
Terbayang satu wajah
Penuh dengan kehangatan
Kau ibu oh ibu kau ibu
oh ibu oh ibu
Hujan teringatkan aku
Tentang satu rindu
Dimasa yang lalu
Saat mimpi masih indah bersamamu
Kau ibu kau ibu kau ibu
Lagu itu terdengar begitu mengharukan. Saat mendengarkan lagu itu, rasanya mata ini menjadi basah. Saat membicarakan ibu kita, terbayang sesosok wanita yang begitu hebat. Rasanya tidak satupun anak yang menyangkal bahwa ibu masing-masing begitu hebat. Bagaimana tidak, ibu saya misalnya. Beliau yang mengandung dan kemudian melahirkan kami bertujuh. Kemudian merawat kami bertujuh sampai dewasa. Bahkan setelah kami punya anak pun masih membantu kami merawat cucu.
Saya yang baru hamil dan melahirkan satu kali saja sudah merasa begitu kepayahan dan kesakitan. Menjaga seorang anak juga ternyata bukan pekerjaan yang tidak melelahkan walaupun sebenarnya begitu menyenangkan.
Sungguh pantas sekali kalau Allah SWT menaikkan derajatnya.
Ibu saya yang ibu rumah tangga selalu membuat saya takjub karena kalau melihatnya seperti tidak kenal lelah. Tiap saya bangun subuh, saya sudah mendengar suara kompor dihidupkan. Semoga Allah SWT selalu memberinya kesehatan.
Thursday, 17 November 2011
Our Long Distance Relationship
Ngambil-ambil, 7 Juli 2011
Menjalani hubungan jauh-jauhan seperti ini (Long Distance Relationship) seperti ini bukanlah keinginan kami. Sampai saat ini, setelah 2 tahun menikah, saya rasanya tidak pernah terbiasa dengan ini. Saya masih selalu saja menangis ketika dia akan berangkat kerja lagi.
Saya ingat waktu kami baru saja menikah, dia kerja di Sragen, saya mau berangkat jaga malam, malam itu dia tidak pulang ke Nguter, tapi ke tempat mertua di Jaten. Waktu itu saya menangis, karena saya sedih sekali tidak bisa bertemu dengannya untuk pertama kali semenjak kami menikah. Setelah menikah dia kerja beberapa bulan di Solo. Alhamdulillah, saya tidak langsung ditinggal:). Menjelang lebaran, saat mengantar suami yang akan berangkat ke Bandung naik pesawat, saya menangis lagi, karena ini pertama kalinya kami benar-benar berjauhan. Bahkan keluar dari bandara saya menangis. Malu sama tukang parkir, hehe. Apalagi mendapati sebungkus coklat dan sepucuk surat di tas saya, tangis saya rasanya benar-benar tidak mau berhenti. Katanya menepati permintaan saya supaya dia memberi saya surat cinta:D. Surat itu masih saya simpan rapi di kamar.
Sampai beberapa bulan yang lalu, saat dia mulai bertugas di Banjarmasin, bisa dihitung berapa kali dia baru pulang setelah 2 minggu. Dia selalu pulang seminggu sekali. Kalau tidak pulang lebih dari seminggu, pasti saya sudah menangis ditelepon. Saat dia bertugas di Banjarmasin, mau tidak mau, saya harus merelakannya pulang lebih dari seminggu. Pertama kali, dia baru pulang setelah 3 minggu. Rasanya benar-benar jangka waktu yang lama. Tapi mau tidak mau saya harus belajar ikhlas menjalaninya. Walaupun rasanya begitu berat, tetapi entah mengapa setelah seminggu, dua minggu, dan sampai 3 minggu saat dia pulang, saya tidak menangisinya. Biasanya saya menangis kalau dia mau berangkat. Kalau saya menangis, dia bilang pada saya supaya saya sabar, insyaAllah demi masa depan kami:). Apalagi sekarang ada Aslam, jadi saya cukup terhibur sekarang, tidak terlalu kesepian. Mungkin dia lebih merana, karena sekarang ada Aslam yang menggemaskan dan selalu bikin kangen.
Rasanya sekarang, mulai saat dia bertugas di Banjarmasin, saya belajar. Belajar bahwa, supaya hati saya sedikit semeleh, kata orang Jawa, saya harus banyak bersyukur dan bukan menyesali apa yang belum kami miliki sekarang. Dengan bersyukur dengan apa yang kami punya, hati rasanya lebih ayem dan rasanya Allah SWT memberikan saya tambahan kekuatan untuk menjalaninya. Banyak yang bisa saya syukuri. Suami masih rutin pulang paling tidak sebulan sekali. Sementara orang lain, ada yang suaminya pergi berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun baru pulang. Berarti saya lebih beruntung. Punya suami yang baik, sabar, perhatian, penyayang, insyaAllah shalih, tidak segan membantu mengerjakan tugas saya kalau dia pulang. Ganteng lagi. Saya tau dia selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik untuk kami. Beruntungnya saya. Tidak semua suami seperti dia. Walaupun kadang-kadang tidak sesuai harapan, tapi secara keseluruhan saya tetaplah beruntung. Sayapun sering tidak sesuai harapannya. Manusiawi lah..
Tidak akan ada pasangan yang menyukai menjalani pernikahan jarak jauh, rasanya terlalu berat. Tapi saya tidak pernah menyesal menikah dengannya. Saya bersyukur sekali. Rasanya memang benar bahwa kita harus pandai-pandai bersyukur. Karena bersyukur rasanya membuat hidup kita lebih bermakna.
Happy 2nd anniversary, Sayang. Maafkan istrimu yang masih harus banyak belajar ini. Terima kasih selalu memberi kesempatan untuk belajar jadi lebih baik.
Menjalani hubungan jauh-jauhan seperti ini (Long Distance Relationship) seperti ini bukanlah keinginan kami. Sampai saat ini, setelah 2 tahun menikah, saya rasanya tidak pernah terbiasa dengan ini. Saya masih selalu saja menangis ketika dia akan berangkat kerja lagi.
Saya ingat waktu kami baru saja menikah, dia kerja di Sragen, saya mau berangkat jaga malam, malam itu dia tidak pulang ke Nguter, tapi ke tempat mertua di Jaten. Waktu itu saya menangis, karena saya sedih sekali tidak bisa bertemu dengannya untuk pertama kali semenjak kami menikah. Setelah menikah dia kerja beberapa bulan di Solo. Alhamdulillah, saya tidak langsung ditinggal:). Menjelang lebaran, saat mengantar suami yang akan berangkat ke Bandung naik pesawat, saya menangis lagi, karena ini pertama kalinya kami benar-benar berjauhan. Bahkan keluar dari bandara saya menangis. Malu sama tukang parkir, hehe. Apalagi mendapati sebungkus coklat dan sepucuk surat di tas saya, tangis saya rasanya benar-benar tidak mau berhenti. Katanya menepati permintaan saya supaya dia memberi saya surat cinta:D. Surat itu masih saya simpan rapi di kamar.
Sampai beberapa bulan yang lalu, saat dia mulai bertugas di Banjarmasin, bisa dihitung berapa kali dia baru pulang setelah 2 minggu. Dia selalu pulang seminggu sekali. Kalau tidak pulang lebih dari seminggu, pasti saya sudah menangis ditelepon. Saat dia bertugas di Banjarmasin, mau tidak mau, saya harus merelakannya pulang lebih dari seminggu. Pertama kali, dia baru pulang setelah 3 minggu. Rasanya benar-benar jangka waktu yang lama. Tapi mau tidak mau saya harus belajar ikhlas menjalaninya. Walaupun rasanya begitu berat, tetapi entah mengapa setelah seminggu, dua minggu, dan sampai 3 minggu saat dia pulang, saya tidak menangisinya. Biasanya saya menangis kalau dia mau berangkat. Kalau saya menangis, dia bilang pada saya supaya saya sabar, insyaAllah demi masa depan kami:). Apalagi sekarang ada Aslam, jadi saya cukup terhibur sekarang, tidak terlalu kesepian. Mungkin dia lebih merana, karena sekarang ada Aslam yang menggemaskan dan selalu bikin kangen.
Rasanya sekarang, mulai saat dia bertugas di Banjarmasin, saya belajar. Belajar bahwa, supaya hati saya sedikit semeleh, kata orang Jawa, saya harus banyak bersyukur dan bukan menyesali apa yang belum kami miliki sekarang. Dengan bersyukur dengan apa yang kami punya, hati rasanya lebih ayem dan rasanya Allah SWT memberikan saya tambahan kekuatan untuk menjalaninya. Banyak yang bisa saya syukuri. Suami masih rutin pulang paling tidak sebulan sekali. Sementara orang lain, ada yang suaminya pergi berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun baru pulang. Berarti saya lebih beruntung. Punya suami yang baik, sabar, perhatian, penyayang, insyaAllah shalih, tidak segan membantu mengerjakan tugas saya kalau dia pulang. Ganteng lagi. Saya tau dia selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik untuk kami. Beruntungnya saya. Tidak semua suami seperti dia. Walaupun kadang-kadang tidak sesuai harapan, tapi secara keseluruhan saya tetaplah beruntung. Sayapun sering tidak sesuai harapannya. Manusiawi lah..
Tidak akan ada pasangan yang menyukai menjalani pernikahan jarak jauh, rasanya terlalu berat. Tapi saya tidak pernah menyesal menikah dengannya. Saya bersyukur sekali. Rasanya memang benar bahwa kita harus pandai-pandai bersyukur. Karena bersyukur rasanya membuat hidup kita lebih bermakna.
Happy 2nd anniversary, Sayang. Maafkan istrimu yang masih harus banyak belajar ini. Terima kasih selalu memberi kesempatan untuk belajar jadi lebih baik.
Tuesday, 15 November 2011
Anak yang "Gendongan"
Saya ingat sekali sewaktu Aslam usia 2-6 bulanan, seringkali orang bertanya, baik itu saudara ataupun kawan, "Anak kamu gendongan?". Seringkali dulu waktu saya belum paham, saya juga merasa kesusahan ketika Aslam yang saya tidurkan sambil digendong, begitu saya letakkan di tempat tidur, beberapa saat kemudian terus bangun. Juga kalau sering digendong, seringkali kita mendengar pendapat seperti itu. Dalam pikiran saya waktu itu, saya sudah salah mengasuh anak saya.
Tetapi ternyata seiring dengan waktu, tidak seperti pikiran saya itu. Lazim sekali kalau anak senang digendong. Menurut teori attachment parenting-nya Dr. Sears, menggendong anak adalah salah satu bagian dari attachment parenting. Dalam gendongan yang "cerdas" dia akan belajar dunia orang dewasa.
Dan kenyataannya di kemudian hari, saat dia sudah mobile, misalnya sudah merangkak, jarang sekali dia meminta gendong. Kadang kita paksa gendong pun susah karena dia suka menjelajah. Jadi saya pikir, saat dia belum mobile, dia butuh orang untuk membawa dia supaya bisa mengamati berbagai hal menarik dari dunia orang dewasa. Tidur pun begitu, saat ini jarang sekali saya menidurkannya sambil digendong. Kalau saya gendong biasanya tidak akan lama malahan.
Jadi, jangan takut menggendong anak kita:). Tidak akan membuat anak kita kurang aktif, tetapi malah sebaliknya.
Tetapi ternyata seiring dengan waktu, tidak seperti pikiran saya itu. Lazim sekali kalau anak senang digendong. Menurut teori attachment parenting-nya Dr. Sears, menggendong anak adalah salah satu bagian dari attachment parenting. Dalam gendongan yang "cerdas" dia akan belajar dunia orang dewasa.
Dan kenyataannya di kemudian hari, saat dia sudah mobile, misalnya sudah merangkak, jarang sekali dia meminta gendong. Kadang kita paksa gendong pun susah karena dia suka menjelajah. Jadi saya pikir, saat dia belum mobile, dia butuh orang untuk membawa dia supaya bisa mengamati berbagai hal menarik dari dunia orang dewasa. Tidur pun begitu, saat ini jarang sekali saya menidurkannya sambil digendong. Kalau saya gendong biasanya tidak akan lama malahan.
Jadi, jangan takut menggendong anak kita:). Tidak akan membuat anak kita kurang aktif, tetapi malah sebaliknya.
Thursday, 4 November 2010
Pengen balik
Setelah sekian lama, pengen juga nulis2 lagi. Ternyata posting terakhir sudah 2 tahun yang lalu. Hwaaah.. seumur dengan kelulusan saya. Banyak sekali yang berubah. I'm now a wife and a mother of a wonderful boy. Alhamdulillah..
Monday, 2 June 2008
my last 10-weeks clerkship
Setelah 10 minggu, akhirnya aku bisa memulai tidur tanpa merasa was-was besok musti mandi pagi-pagi. He3.. Finally, stase 10 minggu terakhirku berakhir.. Lega.. Ternyata tidak seseram isu-isu yang beredar selama ini. Buktinya, 10 minggu stase anak lewat2 aja. Katanya pas jaga capenya minta ampun. Ya memang, capenya gak ketulungan. Tapi lewat2 saja. And i enjoyed it. Ya, saya cukup menikmatinya... Walaupun dapat pasien DSS. Tapi lewat2 saja.. (Walaupun syarat stase saya belum selesai semua :p). Entahlah, mungkin karena pasien infeksi outcomenya bagus. Yaa.. saya rasa benar, kalau kita sebaiknya melihat lebih dekat.. Seperti kata Sherina, .. dan kau bisa menilai lebih bijaksana..
Subscribe to:
Posts (Atom)