Monday 13 February 2012

Tanggung Jawab Sosial

Dengan maraknya jejaring sosial yg ada saat ini, semua orang menjadi lebih bebas berekspresi. Kadang-kadang saya merasa agak kebablasan. Mungkin memang itu spontan. Tetapi sebagai orang yang membaca, orang lain, dalam hal ini saya mungkin lebih bisa menilai kepatutannya untuk ditulis di forum terbuka yang bisa dibaca banyak orang. Tidak jarang saya membaca tulisan yang sifatnya agak tidak patut dibaca orang lain, karena isinya curhat tentang suami yg sepertinya lebih bagus kalo disampaikan langsung pada orang yang bersangkutan ketimbang dibaca orang banyak. Malu kan urusan rumah tangga jadi ketauan orang banyak. Atau mungkin kritik atau masukan ke orang tertentu, kadang malah tidak disampaikan secara langsung, tetapi malah ditulis lewat jejaring sosial yang notabene tidak tersampaikan ke orang yang bersangkutan. Ataupun kalau tersampaikan melalui orang lain, malah bisa terjadi kesalahpahaman satu sama lain. Contoh lain lagi, aib suami, saya ingat suatu saat saya pernah membaca status seorang teman yang tidak bisa tidur karena suami mendengkur. Bukan sesuatu yang besar. Tetapi aib suami kan harusnya kita tutupi. Ada lagi yang komentar atau statusnya agak rusuh (mesum) kalo orang jawa bilang. Walaupun hanya bermaksud untuk guyonan, tetapi saya yang membaca jadi merasa agak jijik dg orang yg menulis. Kadang sebenarnya hanya tersirat saja, tetapi tulisan itu menimbulkan penafsiran ke arah yang rusuh juga. Menurut saya, sama saja. Sempat terpikir jangan2 orang itu pernah berpikiran kotor ttg diri saya. Nauzubillah. Pernahkah terpikir bahwa apa yg mereka tulis itu nantinya mungkin terbaca oleh anak2 kita, apalagi jika yg menulis statusnya akan atau sudah punya anak.. Ayolah beri contoh yang baik untuk anak2 kita. Berkata dan bersikaplah yang santun. Kita bertanggung jawab terhadap apa yang kita tulis dan kita lakukan. Saya juga bukan orang yang sempurna, hanya saja sebagai manusia kita berkewajiban untuk saling mengingatkan satu sama lain.