Thursday 6 December 2007

John Nash and Me

... Johny takes out a chess set, and father and son sit down to play. Nash is “less than mediocre”. At one point, he wants to take back a bad move, Johny lets him. Then Nash wants to take back another.
“Dad, if you keep doing that, you’ll win,” says Johny.
“But when I play against the computer, I’m allowed to take back moves,” Nash says.
“But, Dad,” protests Johny, “I’m not a computer! I’m a human being!”

Reawakening. In: A Beautiful Mind. The Life of Mathematical Genius and Nobel Laureate John Nash: 476-7.


Saya merasa “kena” sekali saat membaca satu bagian kecil dari biografi John Forbes Nash yang tebal dan tulisannya, buseet, kecil dan rapat sekali. Ya, seringkali kita merasa sudah salah dalam mengambil suatu keputusan, yang kemudian membuat kita berandai-andai kita bisa mengulang waktu itu, dan mengganti langkah yang telah kita ambil. Sering kita ingin meng’undo’ langkah yang sudah kita ambil. Dasar generasi komputer! Kepribadiannya kayak komputer. Hahahaa.. Tapi, gak mungkin tentunya. Bayangkan kalau semua orang meng’undo’ langkahnya. Yang jelas itu tidak hanya akan terjadi sekali. Karena manusia tidak akan pernah puas. Selalu saja merasa ada yang kurang ataupun salah. Yang penting adalah bagaimana kita bertanggung jawab dengan keputusan yang sudah kita ambil. Karena tentunya keputusan itu sudah kita pikirkan baik-baik apa baik buruknya. Bukan begitu? Karena apapun yang sudah kita putuskan itu, akan membawa banyak kemungkinan-kemungkinan baru yang bisa terjadi..


..waktu memiliki tiga dimensi, seperti ruang. Dan karena satu benda bisa bergerak tegak lurus ke tiga arah, horisontal, vertikal, dan membujur, maka sebuah benda dapat berada dalam tiga masa depan yang saling tegak lurus..
..Beberapa orang memandang enteng pada keputusan-keputusan, mengatakan bahwa semua kemungkinan dari keputusan-keputusan itu akan terjadi. Sementara yang lain bersikukuh bahwa tiap keputusan harus dipertimbangkan masak-masak dan dilaksanakan, sebab tanpa rasa tanggung jawab akan terjadi kekacauan. Orang-orang ini puas menjalani kehidupan di dunia yang saling bertentangan, sepanjang mereka memahami alasan masing-masing.

Alan Lightman, Mimpi-Mimpi Einstein.

6 comments:

Agus Jati said...

ketika kita me-review kebelakang langkah2 kita...sering kita merasa ada sesuatu yg kurang tepat...lalu kita ingin mengulang semuanya dari awal...tapi itulah hidup makanya dalam mengambil semua keputusan harus dipertimbangkan segala resiko dan harus ditinjau dr semua sisi....

tutin said...

Nhaa... gitu dong, nulis dong... I know you were. Sayang, bakat kok dibuang-buang :D

Risalina Myrtha said...

Hi3..Lha biasane curhat.an thok, isin no yen nggo konsumsi publik. Halah..

Andi Muhlis said...

Wah tak pikir, sopo iki sing nulis... kok canggih men!
Ternyata kowe toh,... bagus-bagus... diteruskan ya (Tino Sidin)

Risalina Myrtha said...

iki kan ngutip, mas. Iki hikmahe yen dadi remaja masjid seharian. Ha3.. Dulu kan terkurung di masjid salman, dan ditemani buku kui. ha3..

aisyah said...

permisi,
boleh ya aku ikut posting?
Btw, ditunggu kunjungan balasan ke http://oasis.terkini.com
salam kenal!